Para Pemburu Paus
Para Pemburu Paus

Para Pemburu Paus

Paus atau koteklema bagi masyarakat Lamalera sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Selalu diburu, kehadiran paus pun telah menjadi identitas kultural yang berdampak komunal bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Melalui film seluloid hitam putih, fotografer lepas Fatris MF memotret masyarakat Lamalera yang kesehariannya dikenal sebagai pemburu di lautan.

BALEO | Bagi masyarakat di Lembata, baleo kerap diucap tatkala paus tampak di laut Sawu. Memiliki tradisi berburu paus sejak lama, mamalia itu telah merasuk menjadi semangat dalam keseharian mereka. Pada banyak tubuh laki-laki di Lamalera, paus tak cuma menjadi rajah, paus pun menjadi produk budaya dalam keseharian masyarakat di sana.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

TULANG | Jika berkunjung ke Lamalera, tulang paus banyak berserak. Tulang-tulang itu menjadi eksistensi bahwa tradisi perburuan paus masih ada dan kerap dilangsungkan oleh warga.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

TENUN | Pada kain sarung, perburuan Koteklema, demikian paus disebut, juga menjadi corak dan bukti bahwa memburu paus adalah spirit bagi jiwa laut yang mereka anut.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

MENANTI | Dalam keseharian masyarakat di Lamalera, kehadiran paus selalu dinanti. Bulan Mei hingga Agustus adalah waktu di mana mamalia itu kerap muncul. Saat-saat itulah, para lamafa (pemburu paus) berpuasa dan memberikan penghormatan pada lautan.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

LEMAVA | Sanga adalah seorang lemava atau juru tikam paus. Keahlian itu telah ia dapatkan dari kakek dan ayahnya. Jika paus muncul ia akan segera berlari dan berteriak mengucap ”baleo!”.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

TENUN | Jika para kaum laki-lakinya kerap pergi ke tengah lautan untuk berburu paus, kaum wanita di Lamalera banyak yang memilih menenun untuk mendapat tambahan penghasilan. Pada kain tenun yang diproduksi wanita-wanita Lamalera, motif perburuan paus menjadi ciri khas kain yang dihasilkan.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

KAWASAN | Lamalera adalah kawasan yang kering. Bukit berbatu yang tak subur, menjadikan laut sebagai sumber utama hidup bagi mereka. Untuk mendapatkan produk pangan yang bukan ikan, masyarakat Lamalera harus melakukan barter menggunakan hasil tangkapannya di pasar.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

SARUNG | Kaum pria di Lamalera kerap mengenakan sarung setiap harinya, namun ada larangan bagi mereka untuk mengenakan sarung bermotif perburuan. Dalam ritual pun, sarung menjadi busana yang selalu mereka kenakan. Dalam tradisi pernikahan di Lamalera, kain sarung merupakan pemberian pihak perempuan ketika digelar lamaran.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

MISA | Saat awal bulan Mei, misa Leva digelar oleh masyarakat Lamalera. Misa tersebut bukan hanya ritual pemanjatan doa untuk mereka yang akan pergi ke laut. Dalam ritual itu dilakukan juga pemberkatan terhadap alat-alat yang mereka gunakan kala mencari tangkapan.


Koteklema, identitas kultural masyarakat Lamalera
 Fatris MF

GAMBAR | Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak pun telah dekat dalam budaya berburu paus yang telah lama ada di sana. Menjadi kekayaan kultural, tradisi perburuan paus menjadi spirit baru generasi berikutnya. Dilukis di atas kertas putih, aktivitas perburuan itu telah melekat di ingatan anak-anak Lamalera.

Published: Beritagar.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *